Sepatah Bait Kerinduan Teruntuk Kalian

Madrasah Aliyah Program Keagamaan (MAPK) Solo
*kampus sebelum di renovasi

Beberapa hari ini, dinding facebook ku terpenuhi oleh kegalaun yang tertulis di status, foto, hingga komentar kawan lamaku. Siapa lagi kalau bukan kawan-kawan terbaik dari penjuru tanah Air pusaka, kalian kawan MAPK. Di berbagai status kalian itu terlihat sama, sama inti pembahasan galau. Apalagi kalau bukan soal kangen, ingin bertemu dan ingin kembali mengulang kenangan bersama. Entahlah, yang jelas itulah yang bisa aku garis bawahi untuk status alay itu.

Dan sepertinya jemariku ingin berkata-kata dalam sebuah alunan bait kerinduan, 
'Kalian alay banget sih kawan :p sok merasa kangen' Padahal kalian memang benar-benar kangen kan ?
'Kalian sok ingin bersama lagi' Padahal memang sangat ingin bersama kembali kan ?
'Kalian sok ingin mengulang masa indah putih abu-abu di dekat makam terbesar di solo itu ' Padahal itu memang keinginan kalian kan ?

Kemudian pikiran ku bercampur aduk. Aneh. Benar-benar aneh. Hingga hampir-hampir kemarahan itu meluap, aku marah pada diriku sendiri, marah sekali. 'Kalian hampir membuatku gila kawan MAPK'. Itulah kata-kata terkahir yang mendesah pelan penuh keputusasaan. Dalam mimpi malam-malam yang tak berkesudahan pun status facebook kalian itu terbayang-bayang. Tapi, ketika mata tak terpejam dan terbangun dari tidur panjang status kalian itu semakin bertambah, bertumpuk-tumpuk menjadi bukit dan barisan gunung-gunung kegalauan. Sampai-sampai tak bisa ku baca seluruhnya, pun dengan siapa akunnya. Dan puncaknya ketika nama facebook ku menjadi tag dalam komentar-komentar itu. Seketika itu pula aku benar-benar tak bisa meluapkan perasaan. Membisu dalam keheningan, kedinginan dan kefatamorganaan. 

Kemudian, satu bait itu terpijak kembali. 
'Farid, perjuanganmu bukanlah ke belakang jauh ke masa kenangan itu pernah terjadi, tapi masa depan mu sudah seperti menggantung di langit lazuardi cita-cita dan harapan. Dan itu tak akan berhenti, terus maju. maju dan semakin kedepan. Hingga kesuksesan itu bisa kau raih dengan kedua tangan mu. Kesuksesan dunyawi dan ukhrowi'

Benar-benar bait yang singkat. Hingga tanganku ingin sekali melenggok kembali meneruskan bait indah itu. Tapi, ternyata pikiran ku kembali pada kalian, Teman kenanganku. Kemudian aku seperti berharap pada pucuk-pucuk daun yang berguguran di altar pengembaraan ilmu ilahi ku. Harapan itu seperti bisa ku tuliskan dalam noktah kecil-kecil, seperti kristal yang berkilauan indah. Yang cahayanya seperti cahaya surya di siang terik. Dan seperti rembulan di malam sepi tanggal purnama.

Kemudian kutuliskan pelan, 
Kawan, Ingin ku sampaikan pesan dariku ini melaui malam yang terus berjalan melewati kota Ankara ini. Aku ingin menyampaikan bait-bait kerinduan ku pada malam yang dinginnya menusuk kulit ini. Melalui mimpi-mimpi di belaian tidur kalian.

"Sabarlah kawanku, kerinduan yang kalian tulis di status kalian itu layaknya hanya akan bertumpuk komentar, like dll. Dan itu akan membuat kerinduan itu semakin membuncah. Andaikan aku bisa memaknai kerinduan yang kalian rasakan. Kerinduan itu seolah-seolah tak bermakna. Hanya sekadar kerinduan nisbi."

Tulisan ku tercekat, perasaan itu semakin teraduk-aduk. Tapi, bait itu belum selesai. Kemudian aku melanjutkan menulisku...

"Satu hal yang ingin ku sampaikan dalam bait kerinduan ini ke kalian kawanku. Puncak dari kerinduan seorang manusia, khususnya muslim yang mengikat tali persaudaraan seperti kita bukan oleh status-status kosong seperti itu. Tapi, puncak kerinduan itu berada dalam doa-doa yang kita panjatkan di malam yang panjang, dalam sujud yang khusyu' dan dalam pangkuan dzikir kepada-Nya. Mendoakan kawan-kawan, doa teruntuk diri kita, dan doa untuk kebersamaan kita. Semoga Allah tetap menyatukan keimanan kita, serta memberi kesuksesan kepada kita semua nya kawan, baik sukses dunia maupun akhirat, Amiin"

Kemudian tanganku bergerak pelan, menulis sepatah terakhir di ujung bait ini. Dengan wajah yang bangga kepada kawan-kawan ku. 

'Semoga kita bisa bertemu lagi suatu saat nanti kawan-kawan baikku. Dan pertemuan itu tak sekadar pertemuan yang menyisakan perpisahan ronde dua. Tapi, pertemuan yang teramat agung di Jannah-Nya nanti. Amiin'

Tak ada tangisan, tapi raut muka yang bangga. Bangga untuk menyongsong cita-cita yang usai kita gantungkan bersama di langit-langit impian kita kawan.


Ankara, dingin yang sangat menusuk. #winter
11.34
1-12-13

Asrama putra MAPK, #mungkin kini banyak yang berubah

Asrama putri dulu, yang sekarang sudah berubah drastis

6 comments