ما في المقام لـذي عقـلٍ وذي أدبٍ من راحة
فـدع الأوطـان واغتـرب
سافر تجـد عوضـاً عمـن تفارقـه
وانصب فإن لذيذ العيش في النصـب
إني رأيـت وقـوف المـاء يفسـده
إن ساح طاب وإن لم يجر لم يطـب
والأسد لولا فراق الأرض ما افترست
والسهم لولا فراق القوس لم يصـب
والشمس لو وقفت في الفلك دائمـه
ًلملها الناس من عجـم ومـن عـرب
والتبر كالترب ملقـي فـي أماكنـه
والعود في أرضه نوع من الحطـب
فـإن تغـرب هـذا عـز مطلـبـه
وإن تغـرب ذلـك عـز كالـذهـب
“Berdiam diri, stagnan, dan menetap di tempat mukim, sejatinya bukanlah peristirahatan bagi mereka pemilik akal dan adab, maka berkelanalah, tinggalkan negerimu (demi menuntut ilmu dan kemuliaan).
Safarlah, engkau akan menemukan pengganti orang-orang yang engkau tinggalkan. Berpeluhlah engkau dalam usaha dan upaya, karena lezatnya kehidupan baru terasa setelah engkau merasakan payah dan peluh dalam bekerja dan berusaha.
Sungguh aku melihat, air yang tergenang dalam diamnya, justru akan tercemar lalu membusuk. Jika saja air tersebut mengalir, tentu ia akan terasa lezat menyegarkan. Tidak demikian jika ia tidak bergerak mengalir.
Sekawanan singa, andai tidak meninggalkan sarangnya, niscaya kebuasannya tidak lagi terasah, ia pun akan mati karena lapar. Anak panah, andai tidak melesat meninggalkan busurnya, maka jangan pernah bermimpi akan mengenai sasaran.
Sang surya, andai selalu terpaku di ufuk, niscaya ia akan dicela oleh segenap ras manusia, dari ras arabia, tidak terkecuali selain mereka.
Dan biji emas yang masih terkubur di bebatuan, hanyalah sebongkah batu tak berharga, yang terbengkalai di tempat asalnya. Demikian halnya dengan gaharu di belantara hutan, hanya sebatang kayu, sama seperti kayu biasa lainnya.
Andai saja gaharu tersebut keluar dari belantara hutan, ia adalah parfum yang bernilai tinggi. Dan andaikata biji itu keluar dari tempatnya, ia akan menjadi emas yang berharga. (Imam Syafi'i)
*Bersambung....
Ankara, 04.12.2013
0 comments