Dalam Masjid termegah di Ankara, Kocatepe camii |
Ornamen berhiaskan kaligrafi itu terpampang di setiap sudut yang ada dalam masjid yang satu ini. Ukiran-ukiran tangan para khathaatiin yang lembut membuat siapapun akan terpana dengan kemolekan masjid ini. Ditambah dengan kemegahan luar biasa yang terpancar dari pelbagai seginya akan membuat siapapun betah berlama-lama disini. Termasuk diriku. Aku adalah pencinta masjid termegah di Ankara ini. Aku sangat mencintai lekuk-lekuk hiasannya yang berpadu antara gaya cordoba spanyol, ottoman dan corak modern itu. Dan perpaduan itulah yang membuat hatiku seakan-akan berbuncah gempita menunaikan shalat disini. Dan cita-cita kekhusukan itupun akan hadir dengan damai. Benar-benar berasa di masjid termewah seantero dunia.
Sore itu aku kembali menunanaikan shalat wustho (ashar) di masjid ini lagi. Bersama beberapa kawan baik, kami sore itu melaksakan shalat ashar ashar berjama'ah. Ingin rasanya diriku bisa menunaikan shalat lima waktu disini, bahkan lebih dari itu. Menghabiskan malam-malam dingin di masjid ini menjadi impian ku yang tak dapat dielakkan. Tapi, asrama yang berjarak jauh, kemudian waktu yang tak cukup menjadi alasan untuk tak segera mengampiri mimpi kecil itu. Tak apalah, sepertinya shalat ashar pun cukup memuat rinduku keakan masjid ini sedikit terhapuskan.
Sore itu, masjid mulai ramai, agaknya waktu maghrib akan segera datang. Itu artinya saya dan beberapa kawan harus segera pulang dan berpamitan dengan masjid megah ini. Tak ada alasan lain untuk segera pulang kecuali kami akan berdesak-desakan dalam bus, dan perut lapar kami yang mulai menggaung-gaung. Karena hari ini kami melaksanakan puasa sunnah.
Seusai shalat ashar itu, sebelum akhirnya kami bergegas memulai perjalanan pulang. Aku berdiam diri sebentar dalam keheningan masjid. Sepertinya setelah ada orang yang mengingatkan kami untuk tidak membuat obrolan dalam masjid kami harus diam. Diam. Benar-benar diam.
Tapi dalam kediaman yang tak memiliki makna itu, pikiran ku justru melayang jauh. Allah, sepertinya di rumah-Mu yang megah ini ada sebuah keganjilan luar biasa yang berasa aneh di hatiku. Kemanakah suara sayup-sayup itu menghilang ? Apakah ia pergi layaknya kepergian umur di masjid ini ?
Sore itu, airmataku seakan-akan tak kuat untuk kutahan. Tapi, karena ada kawan akhirnya airmata itu bisa stop sebelum jatuh. Sore itu perasaan aneh yang tiba-tiba datang itu seakan menampakan keganjilan lagi dalam kehidupan baruku di Ankara ini. Sekali-lagi, aku benar-benar menyesal, kenapa tak ada sayup-sayup bacaan mulia-Nya di masjid megah itu. Hingga seisi ruangan masjid yang berhiaskan medalion ataupun ukiran kaligrafi menakjubkan seakan kosong tanpa makna. Itu hanya hiasan biasa, tak lebih. Karena tak ada suara ayat-ayat itu yang mendengung di keheningan masjid sore itu. Benar-benar berasa masjid yang sangat sepi. Sepi sekali.
#YaAllah, semoga akan ada orang-orang dengan muratal indahnya lagi di rumah megah Mu ini. Semoga sayup-sayup Qur'an akan mendengung indah di masjid ini suatu saat nanti. Harapan saya hanya itu. Amiin.
*Tulisan ini terinspirasi dari salah seorang kawan, yang statusnya soal ayat Qur'an kemudian di komen guru lamanya. Ah, ada-ada saja.
Kocatepe Camii, kizilay, Ankara.
21 November 2013
#Selamat berbuka di jalan :) hehe
0 comments