Sudah hampir sekian minggu hari mulia itu berlalu, namun saya tetap tak melupakannya. Hari dimana sebuah peperangan pernah terjadi, sebuah usaha dari seorang raja kafir yang berpasukan gajah untuk menghancurkan ka'bah waktu itu. Dan akhirnya usaha itu gagal dan sia-sia, karena Allah memberi ganjaran berupa lawan pasukan yang lebih besar, yaitu burung ababil yang membawa batu bara dari tungku neraka. Usaha itu termaktub rapi dalam Al-Qur'an surah al fiil. Sejarah itu memang tak akan pernah terlupa di hati para muslim. Karena, sejarah itu ada sebuah titik terang yang menguhubungkannya dengan hari yang mulia, Hari dimana beberapa minggu itu dirayakan, apalagi kalau bukan hari lahirnya Nabi jungjungan kita, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wassalam.
Sebuah perayaan yang beda mungkin dari kota saya di Indonesia, yang penuh dengan perhelatan serba mistis dan tahayul. Kebo, gending atau apalah itu namanya. Yang perayaan di kota saya itu seperti perayaan yang jauh dari makna sebuah perayaan untuk mengenang Nabi kita. Malam ini, di sela kesibukan yang agak menumpuk oleh PR yang menjenuhkan. Yang penuh dengan bahasa alien luar negeri, bahasa yang hurufnya bahkan tak tercetak dalam keyboard laptop saya. Huwaaa, bahasa yang mencoba menarik perhatian saya ketika saya ingin mendalami bahasa arab, bahasa orang-orang yang merasa dirinya memiliki negara membentang dari asia hingga eropa, apalagi kalau bukan bahasa turki. Makanya, malam ini saya ingin membuat sebuah tulisan indah, sebagai kado untuk mengenang hari kelahiran Rosul kita.
"Mevlid Kandiliniz Mubarek Olsun". 'Selamat Hari lahir sang pencerah alam, Semoga berkah'
Walaupun sebenarnya memang banyak sekali perdebatan hari lahir beliau, namun itu tak menjadi masalah bagi saya. Karena sebenarnya hikmahnya bukan tanggalnya, namun sebuah peneladanan akhlak perilaku beliau dalam pribadi kita, sudahkan tercermin dalam diri kita semua yang beliau contohkan. Makanya sangat tepat di hari kelahiran beliau itu, kita menginstropeksi diri. Apakah diri kita sudah mencontoh akhlak beliau dalam kehidupan sehari-hari ? Kalau belum, mari kita memulainya dari sekarang. Kalau sudah sedikit-sedikit, mari kita tingkatkan lagi. Saya menjadi ingat perkataan imam besar, Imam Syafii rahimahulah, “Jangan pernah berkata : ‘Sudah berlalu masa
para alim ulama (kita tak mungkin menyamai tingginya pencapaian mereka).
Karena siapa saja yang menempuh suatu jalan, pasti dia akan sampai pada
tujuan. (Sekalipun tujuan tersebut amatlah jauh dan tinggi)”. Sama juga dengan kita, walaupun sudah lewat masa kenabian Rasulullah, namun kita tak boleh pesimis untuk tak bisa menyontoh apa yang beliau lakukan. Karena semua usaha yang kita lakukan akan sampai pada tujuan kita sebenarnya, yaitu menjadi umat rasul yang bertindak laku seperti beliau.
Saya jadi teringat, tentang seorang raja dari kawasan asia tengah yaitu cina. Seorang raja kuat pendiri dinasti ming, yang dikenal dengan nama Kaisar Hong wu atau Zhu. Dari yang saya baca dari blog blog dan mendengar dari kakak tingkat, Beliau adalah raja yang memprakarsai rekontruksi masjid di wilayah kekuasaan dinasti ming, yang dulunya di kuasai dinasti tang, song dan yuan. Dan beliau tak pernah menyebut dirinya seorang muslim, namun dari tingkah taku beliau tercermin bahwa beliau adalah muslim. Satu karya monumental beliau yang membuat banyak orang benar-benar berpikir bahwa beliau muslim. Yaitu sebuah puisi dalam bahasa cina yang bait-baitnya rapi dan indah. Dan puisi itu adalah puisi sanjungan, siapa lagi yang disanjung selain teruntuk Nabi muhammad. Puisi itu berjudul "100 sanjungan". Dan berikut adalah puisinya yang sudah di terjemahkan kebahasa Indonesia.
Seratus Kata Sanjungan
Semenjak penciptaan alam semesta
Surag telah menunjuk
Sang pengajar iman Agung
Dari barat Dia lahir
Untuk menerima kitab Suci
Dengan tiga puluh bagian kitab
Menuntun semua makhluk
Raja dari segala raja
Pemimpin para orang suci
Dengan dukungan dari langit
melindungi bangsanya
Dengan lima ibadah tiap hari
Dalam hening mengharap kedamaian
Dengan hati tertuju pada Allah
Membantu mereka yang tidak mampu
Menyelamatkan mereke dari malapetaka
Melihat yang tidak terlihat
Menarik sekalian jiwa batin
Jauh dari perbuatan dosa
Belas kasih pada sunia
Menelusurijalan masa lalu yang terkarunia
Membasmi kejahatan untuk selamanya
Agama murni dan sejati
Muhammad,
Yang mulia dan agung.
Sungguh, jika kita perhatikan dari bahasanya kita pasti juga langsung menyimpulkan bahwa kaisar itu seorang muslim. Namun apakata, beliau tak pernah menyebutkan bahwa dirinya muslim. Itu merupakan hikmah yang datang selanjutnya bagi kita, seorang raja yang tak mengaku muslim saja sampai mengagumi Rasulullah dengan kata-kata yang menjunjung tinggi. Apalagi kita selaku umat beliau, sudah saatnya berbenah. Berbenah untuk tidak menafikan posisi Rasulullah di orang nomer satu yang kita sayang dan jadikan contoh dalam kehidupan. Bukan saatnya artis jam-jam an televisi, atau penyanyi menitan dengan suara melengking bahkan seorang aktor atau apalah. Tapi sudah saatnya menyadari hakikat kehidupan kita. Dengan memberikan beliau posisi pertama dalam hidup setelah ibadah kepada Allah. Mari kita memulainya bersama-sama, tak ada yang lebih dulu dan meninggalkan, kita memulainya bersama dan akan terus saling menyemangati. Karena kuncup-kuncup cinta itu sebenarnya sudah mekar dalam jiwa kita, dan kuncup cinta itu akan kita berikan kepada Cinta kita, Rasulullah saw.
Ankara yang bercinta penuh shalawat,
"Allahumma shali 'ala Muhammad wa 'ala alihi wa shohbihi ajma'in"
#Tulisan yang molor akibat PR Tomer
22:18
22-01-2013
0 comments