Semangat, Kata itulah yang terngiang di penjuru rogga kepalaku ketika ku mulai
membuka laptop jadul ini, memutar lagu maher zein yang berbahasa Turki berjudul
“Maşaallah”. Dan mungkin itu juga yang seharusnya ku
ucapkan, Masya Allah, sekarang kita sudah berada di penghujung bulan september
dan sudah mulai memasuki akhir bulan Dulqo’dah. Itu berarti segera memasuki
musim haji, musim kurban dan musim penghujung tahun Hijriyah untuk taun ini.
Sudah
sepantasnya bagi seorang hamba yang masih di berikan umur sampai saat ini untuk
selalu bersyukur. Mensyukuri karunia dan rahmat yang telah diberikan Penguasa
seluruh alam kepada kita. Hingga saat inipun kita masih bisa bernapas, masih
bisa galau, masih bisa senang, susah. Walaupun menjalani kehidupan itu memang
sungguh susah. Terutama bagi seorang mu’min yang taat, dunia bak penjara yang
menelantarkannya, gelap, sunyi, seram, kejam dan lainnya. Seperti yang pernah
dikatakan oleh Imam besar di jamannya, imam yang pernah di penjara oleh
khalifah bani Abbasyiah disaat terjadinya peristiwa mihnah “pengakuan
bahwa Al-Qur’an itu makhluk” oleh mu’tazilah, yaitu Imam Ahmad Rahimahullah.
Beliau menandasaskan bahwa : “Tidak ada istirahat bagi seorang mu’min di dunia,
istirahat itu ketika kita telah menginjakkan kaki di surga-Nya”. MasyaAllah
bukan? Tentunya seperti itulah sebenarnya jati diri seorang mu’min di dunia. Di
penjara dunia inilah kita dituntut, dipaksa, diperas, untuk melakukan amal
sholih, untuk mendedikasikan diri kepada Allah dengan ketaqwaan.
Tulisan ini sebenarnya bukanlah suatu ajang memaksa, tapi hanya sekadar memotivasi diri saja, karena semakin lama semakin berkurang kecintaan kita kepada Iman, kepada Islam, justru lebih berfoya-foya menikmati penjara. Semoga seklumit ini tidak menjadi beban bagi yang membaca, hanya mengamalkan sebuah risalah suci “wa tawaa shoubil haqqi wa tawaa shoubis shobr ”, untuk tetap saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.Semangat menjalani kehidupan di penjara dunia, semoga Allah selalu membimbing kita kepada jalan yang benar. Ihdinas shirotol mustaqiim, Amiin.
Tulisan ini sebenarnya bukanlah suatu ajang memaksa, tapi hanya sekadar memotivasi diri saja, karena semakin lama semakin berkurang kecintaan kita kepada Iman, kepada Islam, justru lebih berfoya-foya menikmati penjara. Semoga seklumit ini tidak menjadi beban bagi yang membaca, hanya mengamalkan sebuah risalah suci “wa tawaa shoubil haqqi wa tawaa shoubis shobr ”, untuk tetap saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.Semangat menjalani kehidupan di penjara dunia, semoga Allah selalu membimbing kita kepada jalan yang benar. Ihdinas shirotol mustaqiim, Amiin.
0 comments